Testis berperan penting dalam sistem reproduksi laki-laki dalam menghasilkan sperma dan hormon testosteron. Laki-laki memiliki sepasang testis berukuran sekitar 5 cm. Namun, variasi ukuran yang minimal antara testis kiri dan kanan sering dijumpai. Berikut merupakan beberapa peran testis dalam sistem reproduksi:
Pentingnya peran testis mengharuskan Anda menjaga kesehatan testis Anda. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan mandiri secara berkala. Di bawah ini merupakan beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai testis sebelum melakukan pemeriksaan mandiri:
Sumber: Testicular Cancer Awareness Foundation
Testicular exam - Mayo Clinic [Internet]. Mayoclinic.org. 2021 [cited 2 March 2022]. Available from:
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/testicular-exam/about/pac-20385252
Testicular Self-Exams — Testicular Cancer Awareness Foundation [Internet]. Testicular Cancer Awareness Foundation. [cited 2 March 2022]. Available from:
https://www.testicularcancerawarenessfoundation.org/self-exam
Kanker testis adalah penyakit keganasan yang paling sering ditemukan pada laki-laki berusia 15 tahun sampai 45 tahun. Penyakit ini disebabkan berbagai faktor yang terdiri dari gabungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Pasien dengan kriptorkidisme (kekurangan salah satu testis) dalam risiko 2-4 kali lebih tinggi mengalami kanker testis, dengan faktor keluarga dalam risiko 6-10 kali lebih tinggi, infeksi, trauma pada testis, estrogen yang tinggi, dan riwayat kanker testis sebelumnya dapat meningkatkan risiko. Kanker testis adalah salah satu keganasan yang memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi (> 90%) apabila ditemukan pada fase dini.
Insidensi kanker testis paling tinggi ditemukan pada negara Barat dan Eropa Utara dengan tingkat 8.7 dan 2.7 laki-laki setiap 100,000 laki-laki masing-masing. Hampir setengah kasus kanker testis ditemukan pada laki-laki dalam kelompok usia 20 hingga 34 tahun. Tingkat kematian akibat kanker testis lebih tinggi dalam negara Asia dibandingkan negara Barat dan ini dipikirkan akibat kurangnya pemeriksaan mandiri sehingga kebanyakan kasus terdiagnosa pada fase lanjut.
Gejala yang biasa timbul adalah benjolan tidak nyeri pada salah satu testis. Nyeri tumpul dilaporkan pada 10% pasien kanker testis. Apabila testis tidak dapat diperiksa karena bengkak atau terisi dengan cairan, dokter anda dapat meminta pemeriksaan dengan alat USG setelah pemeriksaan fisik dilakukan. Apabila pasien melaporkan benjolan disertai dengan gejala lemas, penurunan berat badan, batuk atau sesak, benjolan pada leher, nyeri punggung, kaki bengkak, muntah dan mual, dan pusing segera hubungi dokter untuk konsultasi.
Terapi yang diberikan kepada pasien kanker testis berdasarkan stadium klinis pasien. Stadium klinis akan ditentukan oleh wawancara medis dan temuan klinis dokter anda. Ringkasan tatalaksana berdasarkan stadium seperti berikut ini:
Gambar 1. Testis
Gambar 2. Tumor pada Testis
Gambar 3. Pemeriksaan testis
Gaddam SJ, Chesnut GT. Testicle Cancer. [Updated 2021 Oct 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563159/
Testicular cancer Patient Information [Internet]. EAU Patient Information. 2021 [cited 22 December 2021]. Available from: https://patients.uroweb.org/cancers/testicular-cancer/
Ditulis oleh dr. Rizky An Nabil
Hidrokel adalah kumpulan cairan di skrotum di sekitar testis. Hidrokel dapat hadir saat lahir atau terjadi pada usia berapa pun dan dapat terjadi pada salah satu dari kedua sisi.
Hidrokel dapat berkembang sebelum lahir. Pada umumnya, testis turun dari rongga perut bayi yang sedang berkembang ke dalam skrotum. Testis berada pada kantung, memungkinkan cairan untuk mengelilingi testis. Biasanya, setiap kantung menutup dan cairan diserap. Pada keadaan yang abnormal, cairan tetap ada setelah kantung menutup (hydrocele non-communicating). Cairan biasanya diserap secara bertahap dalam tahun pertama kehidupan. Namun terkadang, kantung tetap terbuka (communicating hydrocele). Kantung bisa berubah ukuran atau jika kantung skrotum tertekan, cairan bisa mengalir kembali ke perut. Komunikasi hidrokel sering dikaitkan dengan hernia inguinalis. Hidrokel juga dapat berkembang sebagai akibat dari cedera atau peradangan di dalam skrotum. Peradangan mungkin disebabkan oleh infeksi pada testis atau pada tabung kecil melingkar di belakang setiap testis (epididimitis).
Biasanya, satu-satunya gejala dari hidrokel adalah pembengkakan tanpa rasa sakit pada salah satu atau kedua testis. Pria dewasa dengan hidrokel mungkin mengalami ketidaknyamanan akibat beratnya skrotum yang bengkak. Nyeri umumnya meningkat dengan ukuran peradangan.
Dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik. Ini mungkin termasuk:
Pada bayi laki-laki, hidrokel terkadang hilang dengan sendirinya. Tetapi untuk pria dari segala usia, penting bagi dokter untuk mengevaluasi hidrokel karena dapat dikaitkan dengan kondisi testis yang mendasarinya.
Pengobatan tergantung pada jenis hidrokel:
AskMayoExpert. Scrotal mass. Rochester, Minn.: Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2016.
Eyre RC, et al. Evaluation of nonacute scrotal pathology in adult men. https://www.uptodate.com/contents/search. Accessed December 21, 2021.
Brenner JS, et al. Causes of painless scrotal swelling in children and adolescents. https://www.uptodate.com/contents/search. Accessed December 21, 2021.
Wein AJ, et al. Tuberculosis and parasitic infections of the genitourinary tract. In: Campbell-Walsh Urology. 11th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2016. https://www.clinicalkey.com. Accessed December 21, 2021.
Wein AJ, et al. Management of abnormalities of the external genitalia in boys. In: Campbell-Walsh Urology. 11th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2016. https://www.clinicalkey.com. Accessed December 21, 2021.
Eyre RC, et al. Evaluation of the acute scrotum in adults. https://www.uptodate.com/contents/search. Accessed December 21, 2021.
AskMayoExpert. Scrotal pain. Rochester, Minn.: Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2017.
Ferri FF. Hydrocele. In: Ferri's Clinical Advisor 2018. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2018. https://www.clinicalkey.com. Accessed December 21, 2021.
AskMayoExpert. Male infertility. Rochester, Minn.: Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2016.
Brenner JS, et al. Evaluation of scrotal pain or swelling in children and adolescents. https://www.uptodate.com/contents/search. Accessed December 21, 2021.
Wein AJ, et al. Surgery of the scrotum and seminal vesicles. Campbell-Walsh Urology. 11th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2016. https://www.clinicalkey.com. Accessed December 21, 2021.
Ditulis oleh dr. Soefiannagoya Soedarman
Terputarnya spermatic cord yang membawa aliran darah ke testis. Penurunan aliran darah mendadak dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat
Dalam banyak kasus pada usia < 25 tahun, paling banyak ditemukan karena adanya kelainan kongenital dari processus vaginalis. Pada orang dewasa, torsio testis diketahui muncul karena adanya keganasan dari testis. Ditemukan sedikit kasus torsio testis yang terkait dengan trauma.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan testis yang posisinya abnormal dan terletak lebih tinggi. Testis dapat menjadi bengkak, kemerahan, dan kehilangan refleknya. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan usg Color Doppler. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada kedua testis. Analisis urin dapat dilakukan untuk menilai apakah terdapat infeksi saluran kemih.
Waktu terbaik untuk mengobati torsio testis adalah dalam 6 jam sejak onset muncul. Jika intervensi urologis tidak dapat dilakukan segera, dilakukan detorsi manual. Ultrasound dapat digunakan untuk menilai aliran darah.
Davis JE, Silverman M. Scrotal emergencies. Emerg Med Clin North Am. 2011;29(3):469–484.
Callewaert PR, Van Kerrebroeck P. New insights into perinatal testicular torsion. Eur J Pediatr. 2010;169(6):705–712.
Haynes BE, Haynes VE. Manipulative detorsion: beware the twist that does not turn. J Urol. 1987;137(1):118–119.
Bomann JS, Moore C. Bedside ultrasound of a painful testicle: before and after manual detorsion by an emergency physician. Acad Emerg Med. 2009;16(4):366.
Mäkelä E, Lahdes-Vasama T, Rajakorpi H, Wikström S. A 19-year review of paediatric patients with acute scrotum. Scand J Surg. 2007;96(1):62–66.
Favorito LA, Cavalcante AG, Costa WS. Anatomic aspects of epididymis and tunica vaginalis in patients with testicular torsion. Int Braz J Urol. 2004;30(5):420–424.
Ditulis oleh dr. Stivano Rizky Valentino Torry
This content will be updated soon
Buah zakar bernanah atau dalam bahasa kedokterannya abses skrotum adalah suatu keadaan dimana nanah ada di kantong buah zakar (skrotum). Abses merupakan salah satu kasus dibidang urologi yang harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan Fournier’s gangrene. Fournier’s gangrene adalah infeksi jaringan ikat polimikrobial yang agresif dan fatal pada daerah perineum, genital, atau peri anal.
Gambar 1. Abses skrotum
Sumber Gambar: Huang C-S, 2017 (N Engl J Med. 2017;376(12):1158-1158)
Insiden abses skrotum merupakan suatu kondisi yang jarang ditemukan khususnya pada anak. Abses skrotum sering muncul pada pria yang aktif dan diperberat dengan adanya penyakit diabetes melitus. Insiden Fournier’s gangrene sangat jarang terjadi dan angka kejadian pastinya tidak diketahui. Dari database di Amerika sekitar 25,8 juta pasien yang datang ke rumah sakit dari 2001-2004 menunjukkan bahwa insiden Fournier’s gangrene 0,02% dari seluruh pasien yang datang.
Pada umumnya, abses skrotum merupakan komplikasi dari suatu penyakit seperti infeksi usus buntu (appendisitis), infeksi epididimis (epididimitis), infeksi testis (orchitis), trauma, varises pembuluh darah skrotum (varikokel) dan tetis bernanah (abses testis). Penyebab yang paling sering adalah infeksi epididimis dan infeksi testis. Abses skrotum yang dipermukaan (superficial) biasanya berasal dari infeksi pada folikel rambut ataupun luka setelah operasi di skrotum. Fournier’s gangrene dapat disebabkan karena infeksi kulit daerah perineum dan genital. Trauma pada alat kelamin (urogenital), trauma dan fraktur penis, cidera panggul, dan perineum juga dapat menyebabkan fournier’s gangren.
Gejala yang muncul dengan penyebab abses skrotum dapat berupa infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, seperti buang air kecil yang sering, tidak mampu menahan buang air kecil, nyeri saat buang air kecil dan ukuran penis. Berdasarkan penyebab utamanya abses gejala yang muncul mengikutinya. Jika penyebabnya infeksi gejala yang muncul seperti demam, nyeri di daerah skrotum, skrotum terasa nyeri hebat, kemerahan, dan panas. Jika penyebabnya adalah trauma dapat dikeluhkan pembengkakan skrotum, memar dan nyeri. Pasien juga dapat timbul mual muntah dan nyeri perut. Jika abses tidak diobati dan menyebabkan Fournier’s gangrene, keluhan yang dapat timbul adalah bengkak, nyeri yang hebat, demam 2-7 hari, jaringan yang mati akan membuat perubahan kulit menjadi kehitaman, dan nanah yang ada sangat berbau. Keadaan ini diperburuk dengan komorbid yang ada seperti diabetes melitus, pasien dengan imunokompromais, malnutrisi dan obesitas. Fournier’s gangrene dapat berkembang menjadi infeksi yang luas (sepsis) jika tidak diobati dengan baik sehingga dapat mengancam nyawa.
Gambar 2. Fournier’s gangrene
Sumber Gambar: Thwaini et al. 2006 (Postgrad Med J. 2006;82(970):516)
Dalam mendiagnosis abses skrotum dan Fournier’s gangrene, dilakukan penggalian informasi riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya yang dapat menyebabkan Fournier’s gangrene, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan CT-Scan. Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan skrotum apakah adanya bengkak, konsistensinya keras atau lunak, merah pada skrotum, fluktuasi, nyeri tekan. Apabila sudah berkembang menjadi Fournier’s gangrene maka akan terlihat jaringan-jaringan yang rusak menyebabkan warna kulit luka menjadi hitam dan berbau dan nyeri. Pemeriksaan laboratorium berfungsi untuk mengecek adanya infeksi pada pasien dan untuk melakukan kultur untuk memberikan terapi antibiotik sesuai dengan bakterinya. Pemeriksaan USG juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan CT-scan dapat berguna untuk mencari penyebaran abses yang mungkin sudah terjadi.
Terapi abses intraskrotal yang sebaiknya segera dilakukan adalah drainase untuk mengeluarkan nanah, dimana rongga abses harus dibuka dan kering. Fournier’s gangrene membutuhkan tindakan debridement dimana jaringan-jaringan yang mati akan dibuang dan jaringan yang tersisa adalah jaringan sehat. Debridement sebaiknya dilakukan segera (24 jam). Pemberian antibiotik spektrum luas yang agresif pada kondisi ini sangat penting untuk mencegah penyebaran. Pilihan antibiotik yang disarankan EAU tahun 2021 adalah penisilin spektrum luas atau sefalosporin generasi ketiga, gentamisin, metronidazol atau klindamisin. Selain itu karena abses skrotum merupakan komplikasi atau efek samping terhadap suatu penyakit sebelumnya, maka perlu ditangani dan dilakukan pengobatan sesuai penyebabnya.
Bonkat G, Bartoletti R., Cai T, et al. Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology. Eur Assoc Urol. Published online 2021:1-66. https://uroweb.org/guideline/urological-infections/
Burner D., Ellie L.V., Jhon J. D., Scrotal Pyoccle: Uncommon Urologic Emergency. (online apr-Jun 2012). (cite 2021 December 22). Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3391854
Ellsworth P.L, Scrotal Absess Draignage. (online 2011). (cited 2021 December 22). Available from: www. Medscape.com
Thwaini A, Khan A, Malik A, et al. Fournier’s gangrene and its emergency management. Postgrad Med J. 2006;82(970):516. doi:10.1136/PGMJ.2005.042069
Huang C-S. Fournier’s Gangrene. N Engl J Med. 2017;376(12):1158-1158. doi:10.1056/NEJMICM1609306
Pais V.M. Fournier Gangrene Treatment & Management: Approach Considerations, Antibiotic and Antifungal Therapy, Surgical Diagnosis and Debridement. Accessed December 22, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/2028899-treatment#d10
Ditulis oleh dr. Febriyani